Biasakan Diri Untuk Terbiasa

Sebentar hidup, sebentar mati. Sebentar hidup terus, sebentar matinya lama-lama. Sebantar hidup, matinya lama. Begitulah listrik PLN di Pekanbaru.

Sebentar keruh, sebentar nggak mengalir. Sebentar jernih, memang benar-benar sebantar. Begitulah Air PAM di Dumai.

Kejadiannya sebentar-sebantar. Karena sebentar-sebaetar, maka Kita dibuat terkejut jadinya.

Kalau listrik hidup terus, itu biasa-biasa saja. Kalau listrik mati terus, itu luar biasa. Kalau listrik mati terus, kemudian hidup lagi, nggak pernah mati-mati, itu juga bisa dikatakann luar biasa.

Kalau listrik hidup terus, orang-orang biasa-biasa saja. Kalau listrik mati terus, orang-orang menggerutu. Kalau listrik mati terus, kemudian hidup lagi, orang-orang banyak yang bersyukur. Tapi, tetap saja nggak sampai memuji-muji PLN.

Waktu kecil-kecil dulu, ketika mati lampu nggak boleh menggerutu. Nggak ada yang berani, karena takut dimarahin sama orang tua. Kalau kita sampai nggak belajar malam karna mati lampu, Bapak pasti marah-marah. “Kami dulu, nggak ada listrik, cuma pakai lampu togok, tetap saja belajar setiap harinya.” Kurang lebih begitulah kata Bapak Kita. Kita nggak pernah tahu kapan lampunya akan hidup kembali, yang kita tahu ini terjadi hanya beberapa jam.

Sekarang zamannya udah beda. Ketika mati lampu, bapaknya yang pertama menggerutu. Ibunya juga menggerutu. Anaknyapun jadi ikut menggerutu. Kalau setiap hari mati lampu, setiap hari pulalah menggerutunya. Kalau sekali sampai empat kali mati lampunya empat kali pulalah menggerutui PLN dalam seharinya. Kalau setiap hari sampai empat kali menggerutui PLN, lama-lama jadi rutinitas pulalah menggerutui itu. Menjadi budaya pulalah dia.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment

Komentar Anda: